Tidak bisa dipungkiri, sebagai makhluk bernyawa, manusia sangat butuh berosisalisasi, menjalin hubungan yang hangat, dekat dan bermakna kepada manusia lain. Saling membutuhkan dan dibutuhkan, saling membantu dan dibantu, saling memberi dan menerima, serta saling bersandar dan disandari.
Sayangnya, dunia ini begitu cepat berubah, juga dengan manusianya yang sangat dinamis. Setiap waktu pikirannya akan berubah, perasaannya dan juga cara ia memandang kehidupan.
Masih mau menyandarakan semua rasa dan ekspektasi hidupmu pada manusia? Barangkali, yang mungkin bisa kita jadikan sandaran tanpa berharap balasan lebih, tapi ia akan tetap setia, hanyalah orang tua kita. Rumah dimana tawa, resah dan lelah berpulang.
Perwujudan malaikat tanpa sayap, dengan rasa yang mungkin akan tetap sama sampai ia dan kita menua.
Bahkan orang terdekatmu pun pasti berubah, ada banyak hal dalam hidupnya yang membuat ia hanya menempatkanku di sisa-sisa pikirannya. Sangat wajar dan normal. Dan kita perlu menormalisasi hal ini bukan?
Mengharap apa sih sama manusia? Jangan buang energimu untuk sesuatu yang hanya akan membuatmu kecewa.
Dan setiap kali berbicara tentang harap, sandaran dan asa, diri ini selalu teringat tentang sebuah kalimat indah yang ada pada satu-satunya petunjuk kebenaran yang indah,
Allah adalah Tuhan yang Kepada-Nya segala sesuatu bergantung. (Terjemahan QS Al Ikhlas : 2)
Aku, pernah patah berkali-kali karena berharap lebih pada manusia, dan ku harap kau tak mengikuti jejak asa ku dan mencari sandaran lain yang abadi. Dan kau tahu siapa itu.
Emang begitu manusia. Itu kenapa, paling enak jadi umbi :")
BalasHapusLelah terlalu berharap, padahal sejatinya kitanya yang terlalu menaruh harap.
terlalu menaruh harap pada sesuatu yang semu :"). Terimakasih atas kunjungannya Kak Happy :)
Hapus