Setelah pengalaman camping pertama yang begitu menyenangkan dan full healing. Pada awal bulan September kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti ajakan teman saya untuk melakukan camping kembali. Setelah sebelumnya sempat skip agenda camping bersama teman-teman di bulan Agustus. Karena rindu merasakan tidur di alam akhirnya saya memutuskan untuk, “Oke saya ikut camping”.
Untuk camping kali ini, lokasinya berada di dalam kota saja. Tepatnya di Coban Rambat Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Perjalanan kali ini memang terasa berbeda dari awal kami berangkat. Kalau sebelumnya kami sudah persiapan berangkat sejak siang hari. Kali ini, karena mungkin kami berpikir bahwa lokasinya berada di dalam kota saja, kami merasa sedikit lebih santai. Selain itu karena semuanya harus bekerja pada hari Sabtu, jadi kami baru bisa berangkat sore hari. Kami baru bisa berkumpul dan kemudian berangkat sekitar pukul 17.00 WIB menjelang maghrib.
Cuaca mulai mendung saat kami memulai perjalanan naik. Ya karena
lokasinya berada di kecamatan Bendungan yang merupakan daerah pegunungan, kami
perlu menempuh perjalanan naik kurang
lebih satu jam dengan motor berkecepatan normal/santai. Ternyata, ketika
kami mulai berjalan kurang lebih 20 menit hujan benar-benar turun dimulai dengan
rintik-rintik gerimis kemudian menjadi lebih deras saat maghrib berkumandang. Kami pun memutuskan untuk berhenti sholat maghrib sekaligus menunggu hujan reda
untuk melanjutkan kembali perjalanan. Tepat setelah shalat isya hujan baru
mulai agak reda menjadi gerimis tipis. Dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, melakukan perjalan malam di gunung dengan motor (saya dibonceng selalu ya, thanks to Kak May i love you) tanpa penerangan jalan keculai lampu motor. Tanpa ada rumah penduduk dan hanya jalanan hening yang membersamai kami sampai sepanjang sisa perjalanan yang kami tempuh. Sorot lampu dan rumah warga baru terlihat ketika mendekati daerah Coban Rambat. Di tengah perjalanan, salah satu motor teman kami harus mengalami sedikit trouble tapi syukurnya semuanya bisa teratasi. Sayangnya saya tak berani mengambil foto saat perjalanan malam karena terlalu fokus dengan ayat kursi di dalam hati wkwk. Pasti seru kan jika bisa diabadikan. :)
Dan akhirnya, setelah melewati perjalanan sunyi dan gelap serta tidak biasa bagi saya, kami sampai juga di lokasi camping. Kira-kira pukul 20.00 WIB kami menginjakkan kaki tepat di lokasi camping. Kondisinya sepi, kecuali di bagian depan gapura masuk, karena masih ada dua warung yang buka. Kemudian, disinilah cerita camping saya yang sesungguhnya bermula.
Saya merasa baik-baik saja ketika kami sampai, kemudian parkir
motor hingga kami beranjak untuk mencari tempat dimana berdirinya tenda. Bagi
yang sudah pernah ke coban rambat pasti tahu bagaimana lokasi coban
rambat. Untuk mencari lokasi dimana tenda akan didirikan, kami harus sedikit
turun ke bawah melewati jalan seperti tangga yang sudah permanen. Kondisi
tempat benar-benar gelap dan sunyi sekali, sangat berbeda dengan lokasi pertama
saya camping. Karena kami harus turun melalui anak tangga yang sedikit curam,
secara alamiah kami membagi diri mejadi tiga kelompok kecil.
Kelompok pertama
terdiri dari empat orang teman yang berjalan duluan sebagai navigator bertugas untuk
mencari lokasi tenda, kelompok kedua hanya dua orang yaitu saya dan seorang
teman saya yang bertugas sebagai follower, kelompok ketiga terdiri dari tiga orang yang masih berada di ujung atas
anak tangga sebagai pengamat wkwkw. Nah disinilah kesalahan saya dimulai. Grup
pertama sudah berada di bawah saat saya masiih berada di tengah-tengah tangga
turun. Karena posisi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain sedikit
agak jauh, kami harus berteriak ketika harus bertanya mengenai pas atau
tidak lokasinya. Menimbang posisi saya yg berada di tengah-tengah, saya berpikir oh saya harus menjadi penyalur
informarsi antara yang di bawah dan yang di atas. Lagipula mereka juga saling
teriak, pikir saya. Nah tepat setelah beberapa kali saya berteriak menyalurkan
informasi dari bawah ke atas pun sebaliknya. Disitulah saya diingatkan untuk tidak berteriak oleh sesuatu.
Ketika saya masih berada di tengah-tengah tangga turun
bersama satu teman saya tadi, tiba-tiba saja tepat di belakang telinga kanan saya
terdengar suara “hussst” lumayan keras dan terdengar seperti suara saat kita merasa terganggu karena berisik. Dua detik berikutknya, saya pikir teman saya cepat
sekali sudah berada tepat di belakang saya, padahal baru saja kita teriak-teriak.
Saya langsung menoleh ke belakang dan ternyata tidak menemukan siapa-siapa di
belakang saya. Kecuali teman di sebelah kiri saya yang sejak tadi bersama saya.
Otak saya terus berpikir beberapa saat sampai saya sadar bahwa ada yang salah
disini. Saya terdiam sebentar mengatur napas kemudian saya langsung memegang
tangan teman saya karena takut. Saya langsung mengunci mulut saya memulihkan kesadaran otak dan sedikit menganalisa kejadian yang baru saja terjadi. Setelah sedikit tersadarkan atas apa yang baru saja terjadi, saya berjalan naik meninggalkan teman saya sendirian, sambil mengatur ekspresi meyakinkan diri saya sendiri bahwa
everything gonna be oke.
Oh my God, beberapa kali mendengar suara tanpa ada wujud, baru
kali ini terasa sangat dekat, nyata dan lumayan mempengaruhi nyali saya. Saya naik kemudian
bilang ke tiga teman saya yang sejak tadi masih di atas, “kita ga boleh
teriak-teriak disini”.
Dua teman saya sadar dengan perubahan ekspresi saya,
dan mereka pun juga merasa tak nyaman. Akhirnya niat kami mendirikan tenda di bawah
gagal, dan dengan segala pertimbangannya akhirnya kami mendirikan tenda di
tempat parkir tadi.
Malam semakin dingin, dan perasaan saya berangsur membaik. Tapi tidak dengan satu teman saya yang justru memberi kode-kode yang membuat saya parno, bahkan dengan ekspresi menahan takutnya dia mengetik sesuatu di HP saya, “ada yang ngamatin kita dipohon sana”. Deg, gila ini anak, saya susah payah menormalkan perasaan, dia malah mencari teman untuk menemani rasa takutnya.
Suara sepersekian detik tadi sungguh berhasil mempengaruhi mood saya
semalaman. Sejujurnya saya merasa sangat tidak enak hati dengan teman-teman yang
benar-benar ingin mendirikan tenda di bawah maupun di atas dekat ladang. Saya sungkan jika mereka kecewa, tapi apa daya saya terlalu menganggap suara yang saya dengar tadi
sebagai peringatan agar kami tidak berisik disini. Nggak mungkin kan camping nggak berisik cuma diem-dieman? Maaf ya teman-teman :(
Akhirnya saya dan teman saya yang sedang ketakutan ini memutuskan
untuk mendirikan tenda dibantu teman-teman cowok yang lain, di samping tempat
kami memarkirkan motor. Teman-teman yang lain memutuskan membakar ayam dan
hanya kami berdua yang berangkat tidur duluan karena ingin segera melupakan apa
yang telah terjadi. Malam berjalan dengan sangat lambat dan beberapa kali saya terbangun karena
suara hujan dan angin. Di camping coban rambat kali ini, saya berharap pagi segera datang
menggantikan malam yang terasa dingin dan sepi. Dan baru saya ketahui setelah saya keluar tenda waktu subuh, bahwa teman-teman saya yang lain memilih tidur tanpa memasang tenda mereka, hanya menggunakan sleeping bag.
Syukurlah pagi datang, saat mendengar suara adzan
subuh berkumandang rasanya lega luar biasa. Entahlah, mungkin bagi
teman-teman yang sudah sering camping, apa yang saya alami adalah hal yang
normal atau biasa saja. Tapi bagi saya yang seorang newbie, pengalaman
ini luar biasa mengguncang jiwa sesaat hehe. Kami melalui pagi dengan perasaan
yang lebih ringan dan nyaman, setelah selesai bersih-bersih kami kemudian
sarapan dengan menu seadanya yang kami bawa. Ada yang memilih sarapan pop mie,
kopi, roti maupun buah, tak lupa meluapkan candaan yang semalam sempat terhenti
karena suasana yang kurang nyaman.
Karena hujan mengguyur sejak malam, pagi terasa lebih dingin.
Hujan pun baru berhenti sekitar pukul 08.00 pagi, setelah menyantap sarapan dan
humor dari teman-teman. Akhirnya kami turun ke bawah, ke tempat dimana kami
berencanan untuk mendirikan tenda semalam. Pemandangan dari atas lumayan
indah, saya bisa melihat deretan pohon yang tertutup kabut tipis dan suara air
mengalir yang menenangkan. Sebenarnya dari atas pun suara air sungai terdengar
sih, karena ini memang bersebelahan dengan sungai. Di bawah, kami melakukan
aktifitas wajib kami yaitu berfoto ria, berbincang-bincang panjang sambil menyantap kudapan. Kira-kira setelah pukul 10.00 WIB kami memutuskan untuk pulang,
kembali ke kota.
Pengalaman kali ini memang terasa berbeda, tapi kehangatan teman-teman dan juga canda tawa mereka selalu sama. Menjadi vitamin bagi rasa tak nyaman yang semalaman menyelimuti saya. Terimakasih teman-teman. :)
Sebenarnya saya menarik kesimpulan sendiri kenapa saya sampai harus merasakan ini semua, barangkali karena saya memaksakan diri camping di tempat asing saat saya datang bulan. Cukup ini pengalaman camping saat datang bulan, camping selanjutnya hanya akan saya ikuti di tanggal-tanggal yang sekiranya aman bagi saya. Yakin saja sepertinya tidak cukup, jika tidak diiringi dengan kondisi diri yang berada di tanggal-tanggal aman.
Kami pun akhirnya pulang dengan rasa tenang dan lumayan lega
serta terhibur. Tak lupa mampir makan nasi gegok khas bendungan yang nikmat
sebelum sampai rumah.
Jadi bagaimana kesan saya untuk camping kali ini? Luarbiasa tak terlupakan.
Apakah saya kapok untuk camping lagi? Untuk jangka waktu dekat barangkali iya, tapi untuk jangka panjang jika diajak kembali sepertinya saya mau.😅
Honestly, waktu aku ke camping di gunung dan lagi ada tamu, aku pun merasakan pengalaman mistis. Huhu. Walaupun emang percaya ga percaya :") Tapi, buat pelajaran ke depan, jangan nggunung kalau lagi dapet. Karena serem klo kitanya yg ngerasa, tapi yg lain ga kerasaaa T___T
BalasHapusKak Happy makasih ya selalu ninggalin komentar di blog ini :), iya jadi pelajaran banget yaa untuk bijak memilih tanggal buat camping dimana aja entah di gunung atau yang lain. Daripada merusak mood mending skip dulu kalau lagi halangan :')
Hapus