Hujan di Bulan Agustus (Cerpen)

Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Barangkali, ini adalah tahun terburuk bagi seluruh umat manusia. Sungguh pandemi ini adalah ujian yang nyata. Wajah-wajah penuh harap dan penuh kegelisahan tampak di setiap penjuru dunia dari tua sampai muda. 

Pun denganku yang sehari ini merasakan gelisah tak karuan dan terus saja memikirkan sebuh nama dalam benakku, Anda. Salah satu sahabat baikku sejak masa sekolah yang sekarang tinggal di luar kota.

Tanganku dengan cepat mengambil handphone di atas meja kerjaku. Kemudian sebaris pesan ku kirim padanya, “Anda kamu baik-baik saja kan?” Begitulah bunyi pesanku.

Entah apa yang salah denganku hari ini, tiba-tiba saja pikiranku terus menyebut nama Anda tanpa bisa ku kendalikan. Aku takut jika ini adalah telepati yang sesungguhnya. Ku tatap layar ponsel ku, tak ada yang berubah. Anda kamu kemana, kenapa tak kunjung menjawab pesanku, kenapa tak kunjung centang biru. 

Tiga puluh menit kemudian, jantungku tiba-tiba saja berdetak kencang ketika notifikasi itu berubah menjadi centang dua biru. Dia hanya membalas dengan sebuh emotikon senyum kemudian meminta doaku. Apa maksudnya ini. Anda jangan bilang dia sedang sakit. 

Dan benar saja sebaris pesannya kemudian masuk kembali, “ Nana doakan Bang Ian ya, semalam  masuk ICU. Doakan semoga cepat sehat kembali. Aku sungguh terharu karena kamu mengingatku di saat aku tak tahu dimana akalku sekarang berada.”

Air mataku mengalir tanpa bisa ku tahan. Jadi benar bahwa hubungan yang telah bertahun-tahun dibangun ini akhirnya melahirkan sebuah telepati. Barangkali ini cara Tuhan menyampaikan pesannya padaku, bahwa sahabatku disana sedang tidak baik-baik saja. Aku menangis sesenggukan sambil mengetik beberapa baris pesan, bahwa doa dan dukunganku akan selalu ku kirim padanya.

Aku tak menganal Bang Ian dengan baik, tapi aku tahu beliau, dan ku tahu sedekat apa hubungan Anda dengan Abang ketiganya itu. Seumur mengenal Anda dengan segala kehebohannya plus semangat yang selalu menggebu-gebu serta humornya yang selalu menghiburku. Baru kali ini aku melihat ketidakberdayaannya.

Dan saat ku kira bahwa semuanya akan baik baik saja setelah beberapa hari berlalu, sebuah pesan whatssapp masuk sore itu, saat aku sedang menonton drama kesukaanku. Aku tertegun sesaat membacanya, kemudian sesuatu membuat pandanganku terhalang menjadi buram, kabur. Sebaris pesan yang cukup ngilu baru saja sampai, “ Nana, Bang Ian tadi siang udah enggak ada. Doain ya Na.”

Dan bendungan air itu jebol dengan sendirinya, megikuti aliran garis wajah dan terasa basah. Seorang yang paling riang dalam hidupku, tiba-tiba saja ku dengar isak tangisnya. Jadi selama hampir 15 tahun kita berteman baru kali ini aku mendengar suaramu sesedih ini dari balik telepon genggamku. Andai aku sekarang ada disana, akan ku peluk dirimu dan kuserap semua kesedihanmu.

Setiap hakikat memiliki masa, begitu pula dengan kehidupan. Keabadian adalah kesemuan dalam hidup manusia. Maka hari itu, di bulan Agustus yang begitu kering, sebuah sungai dengan riak kecilnya mengalir dengan deras tanpa bisa tertahan oleh apapun. Bersumber dari duka lara yang mendalam dan bermuara pada keikhlasan tentang penerimaan.

Pandemi yang begitu menyakitkan segeralah berlalu, terlalu banyak kabar duka yang tak ujung menemukan muaranya. Anda ku semoga ia segera menemukan kembali energi hidupnya, seperti dulu.

Hari ini, saat hujan di bulan November turun, aku baru bisa menuliskan salah satu kisah menyayat diantara rentetan kejadian tak diharap selama pandemi ini terjadi. Sebagaimana hujan yang turun membasahi tanah dan memberi harap atas apa saja yang ia sentuh. Semoga pandemi ini pun menemukan lelahnya dan memilih hibernasi selamanya dari muka bumi. 

Dear Anda terimaksih sudah berjuang dengan sangat kuat melalui ini, dan kembali menjadi Anda yang selalu tertawa pada setiap perjumpaan kita terjadi. Kamu tahu aku begitu menyayangimu.

-Nana-


Komentar

  1. Hujan bulan November 2020 sih kalau aku :") Beneran tahun terburuk untuk setiap manusia.
    Semoga semesta segera membaik, ya, Oriooooon.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terlalu banyak badai dan hujan dalam dua tahun terakhir ngga sih?? Semoga semester segera pulih :")

      Hapus

Posting Komentar