Bertahan atau Berpisah Semuanya Pilihan

Kita pastinya selalu dihadapkan pada sebuah fase pilihan. Kanan atau kiri, maju atau mundur, stay or leave. Karena hidup memanglah tentang memilih. Apapun yang telah terjadi setelah kita mampu berpikir, semuanya berasal dari pilihan-pilihan akal sehat manusia dengan segala konsekuensi yang siap ia hadapi. Sayangnya, kita pun hanya manusia biasa yang terkadang kelelahan dengan pilihan-pilihan yang harus dibuat setiap waktu, berulang, kemudian menjadi keseharian.

Manusia adalah makhluk kompleks dengan alur berpikir yang tak tertebak. Terkadang ia amat mudah mengambil keputusan pada sebuah pilihan yang amat rumit untuk ditentukan, pun kadang ia begitu sulit menentukan pilihan pada hal-hal sederhana bagi dirinya. Manusiawi, sangat manusiawi. Tapi terkadang pendapat orang lain lah yang menjadikan pikiran dan keputusannya terlihat tidak manusiawi, padahal bukan mereka yang menjalani.

Termasuk pada pilihan stay or leave. Kita bisa memaknainya dalam berbagai aspek, aspek hubungan, pekerjaan, keseharian, masa depan dan sebagainya. Mari kita ambil contoh dalam aspek hubungan misalnya, sesuatu yang selalu menjadi keseharian kita. Aspek ini luas, ada hubungan sosial, asmara, keluarga, pertemanan dan lain-lain. Dalam hubungan pertemanan misalnya, bukan kuantitas yang membuatmu memutuskan untuk bertahan atau cukup sampai disini saja. Kualitas lah yang berperan. Untuk apa bertahan dengan teman lama yang tak bisa dipegang kata-katanya, tak bisa dipercaya apalagi sampai bermuka dua di hadapan kita. Bukankah lebih baik kita pergi daripada bertahan dalam hubungan yang penuh dengan sandiwara? Come on guys, toxic people membawa pengaruh yang buruk pada kita bukan? Menjadi sendiri tak akan membuat mu kehilangan segalanya, kamu dapat memulai hubungan baru.

Tak jarang pilihan ini akan membuat orang lain mencoba untuk mempengaruhi keputusan mu. Mereka akan mencoba untuk memberi berbagai sudut pandang sebagai bahan pertimbangan. Tak apa, dengarkan saja, kewajibanmu hanyalah menghargai saran mereka, tapi kamu tak berkewajiban untuk sepenuhnya menjadikan sudut pandang mereka sebagai bahan pertimbanganmu. Jangan pernah ragu dalam keputusanmu, pilihanmu beserta konsekuensinya adalah jalan terdekat yang bisa kamu lalui untuk melalui banyak hal yang lebih rumit.

Sayangnya, kali ini ada sebuah keraguan yang tak menemukan jalan akhir, tak tahu ada dimana garis finisnya. Haruskah bertahan atau pergi saja? Bagi beberapa orang, barangkali kalau keputusan leave yang diambil, mereka akan berkata tunggu saja jurang dosamu sungguh ada di depan mata. Tapi bagi beberapa yang lain, pilihan stay justru adalah pilihan konyol yang sangat membuang energi, banyak sih kebaikannya tapi jiwamu akan habis dimakan tamparan realita dan retorika, melelahkan. 

Sungguh konyol bukan hidup ini. Kamu mudah memberi saran, masukan, nasehat kepada orang lain tapi kamu payah mengenali dirimu dan apa yang benar-benar terbaik untukmu.

Come on dude, peduli terhadap orang lain memang bernilai ibadah, tapi sesekali egois untuk dirimu sendiri juga tak sepenuhnya salah. Mari menepi, menikmati ruang sendiri sebelum kembali memilih.

Komentar